manusia dan keindahan.
keindahan atau keelokan
merupakan sifat dan ciri dari orang, hewan, tempat, objek, atau gagasan
yang
memberikan pengalaman persepsi kesenangan, bermakna, atau
kepuasan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
keindahan diartikan sebagai keadaan yang enak dipandang, cantik, bagus
benar atau elok. Keindahan dipelajari sebagai bagian dari estetika,
sosiologi, psikologi sosial, dan budaya. Sebuah “kecantikan yang ideal”
adalah sebuah entitas yang dikagumi, atau memiliki fitur yang dikaitkan
dengan keindahan dalam suatu budaya tertentu, untuk kesempurnaannya.
Perkembangan lebih lanjut menyadarkan bahwa keindahan tidak selalu
memiliki rumusan tertentu. Ia berkembang sesuai penerimaan masyarakat
terhadap ide yang dimunculkan oleh pembuat karya. Karena itulah selalu
dikenal dua hal dalam penilaian keindahan, yaitu the beauty, suatu karya yang memang diakui banyak pihak memenuhi standar keindahan dan the ugly,
suatu karya yang sama sekali tidak memenuhi standar keindahan dan oleh
masyarakat banyak biasanya dinilai buruk, namun jika dipandang dari
banyak hal ternyata memperlihatkan keindahan.
keindahan sebagai suatu kualitas abstrak dan sebagai sebuah benda tertentu yang indah
keindahan sebagai suatu kualitas yang abstrak, adalah ukuran
kualitas keindahan yang tak bisa diukur dengan apapun. Karena
standarisasi keindahan itu berbeda-beda di setiap individu. Keindahan
sebagai suatu benda yang indah adalah suatu benda yang mempunyai
keindahan, dimana keindahan tersebut diakui oleh sebagian besar
masyarakat.
http://id.wikipedia.org/wiki/Keindahan
Estetika adalah salah satu cabang filsafat. Secara sederhana, estetika adalah ilmu yang membahas keindahan,
bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa merasakannya.
Pembahasan lebih lanjut mengenai estetika adalah sebuah filosofi yang
mempelajari nilai-nilai sensoris, yang kadang dianggap sebagai
penilaian terhadap sentimen dan rasa. Estetika merupakan cabang yang
sangat dekat dengan filosofi seni.
nilai ekstrinsik keindahan (outer beauty), adalah dimana keindahan
itu dinilai dari Kecantikan, ketampanan, keanggunan, kemegahan, dan
semua hal yang menyangkut unsur fisik. sementara nilai intrinsik (inner
beauty), adalah dimana keindahan itu berasal dari dalam diri seseorang,
dimana nilai tersebut dapat terpancarkan melalui sifat-sifat baik yang
dimiliki oleh seseorang.
c. Kontemplentasi dan Ekstansi
Keindahan yang didasarkan pada selera seni didukung oleh factor
kontemplasi dan ekstansi adalah dasar dalam diri manusia untuk
menciptakan sesuatu yang indah. Sedangkan ekstasi adalah dasar dalam
diri manusia untuk menyatakn , merasakan, dan menikmati sesuatu yang
indah. Apabila kedua dasar ini dihubungkan dengan bentuk di luar
manusia, maka akan terjadi penilaian bahwa sesuatu itu indah. Sesuatu
yang indah itu memikat atau menarik perhatian orang yang melihat,
mendengar.
RENUNGAN
Renungan berasal dari kata renung; artinya diam-diam memikirkan
sesuatu, atau memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah
hasil merenung. Dalam merenung untuk menciptakan seni ada beberapa
teori. Teori-teori itu ialah :
• TEORI PENGUNGKAPAN
Dalil dari teori ini ialah bahwa “Art is an expression of human
feeling” ( seni adalah suatu pengungkapan dari perasaan manusia ).
Teori ini terutama bertalian dengan apa yang dialami oleh seorang
seniman ketika menciptakan suatu karya seni. Tokoh teori ekspresi yang
paling terkenal ialah filsuf Italia Benedeto Croce (1886-1952) dengan
karyanya yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Inggris “aesthetic as
Science of Expresion and General Linguistic”. Beliau antara lain
menyatakan bahwa “art is expression of impressions” (Seni adalah
pengungkapan dari kesan-kesan) Expression adalah sama dengan intuition.
Dan intuisi adalah pengetahuan intuitif yang diperoleh melalui
penghayatan tentang hal-hal individual yang menghasilkan gambaran
angan-angan (images). Dengan demikian pengungkapan itu berwujud sebagai
gambaran angan-angan seperti misalnya images wama, garis dan kata. Bagi
seseorang pengungkapan berarti menciptakan seni dalam dirinya tanpa
perlu adanya kegiatan jasmaniah keluar. Pengalaman estetis seseorang
tidak lain adalah ekspresi dalam gambaran angan-angan.
• TEORI METAFISIK
Teori semi yang bercorak metafisis merupakan salah satu teori yang
tertua, yakni berasal dari Plato yang karya-karya tulisannya untuk
sebagian membahas estetik filsafati, konsepsi keindahan dan teori seni.
Mengenai sumber seni Plato mengemukakan suatu teori peniruan (imitation
theory). Ini sesuai dengan rnetafisika Plato yang mendalilkan adanya
dunia ide pada taraf yang tertinggi sebagai realita Ilahi. Pada taraf
yang lebih rendah terdapat realita duniawi ini yang merupakan cerminan
semu dan mirip realita ilahi itu. Dan karya seni yang dibuat manusia
hanyalah merupakan mimemis (timan) dari realita duniawi Sebagai contoh
Plato mengemukakan ide Ke-ranjangan yang abadi dan indah sempurna
ciptaan Tuhan. Kemudian dalam dunia ini tukang kayu membuat ranjang
dari kayu yang merupakan ide tertinggi ke-ranjangan-an itu. Dan
akhirnya seniman meniru ranjang kayu itu dengan menggambarkannya dalam
sebuah lukisan. Jadi karya seni adalah tiruan dari suatu tiruan lain
sehingga bersifat jauh dari kebenaran atau dapat menyesatkan. Karena
itu seniman tidak mendapat tempat sebagai warga dari negara Republik
yang ideal menurut Plato.
• TEORI PSIKOLOGIS
Teori-teori metafisis dari para filsuf yang bergerak diatas taraf
manusiawi dengan konsepsi-konsepsi tentang ide tertinggi atau kehendak
semesta umumnya tidak memuaskan, karena terlampau abstrak dan
spekulatif. Sebagian ahli estetik dalam abad modem menelaah teori-teori
seni dari sudut hubungan karya seni dan alam pikiran penciptanya dengan
mempergunakan metode-metode psikologis. Misalnya berdasarkan
psikoanalisa dikemukakan teori bahwa proses penciptaan seni adalah
pemenuhan keinginan-keinginan bawah sadar dari seseorang seniman.
Sedang karya seninya itu merupakan bentuk terselubung atau diperhalus
yang diwujudkan keluar dari keinginan-keinginan itu. Suatu teori lain
tentang sumber seni ialah teori permainan yang dikembangkan oleh
Freedrick Schiller (1757-1805) dan Herbert Spencer (1820-1903).
• TEORI KESERASIAN
Keserasian berasal dari kata serasi dan dari kata dasar rasi,
artinya cocok, kena benar, dan sesuai benar. Kata cocok, kena dan
sesuai itu mengandung unsur perpaduan, pertentangan, ukuran dan
seimbang. Dalam pengertian perpaduan misalnya, orang berpakaian hams
dipadukan warnanya bagian atas dengan bagian bawah, atau disesuaikan
dengan kulitnya.
• TEORI OBYEKTIF DAN TEORI SUBYEKTIF
The Liang Gie dalam bukunya garis besar estetika menjelaskan, bahwa
dalam mencipta seni ada dua teori yakni teori obyektif dan teori
subyektif. Salah satu persoalan pokok dari teori keindahan adalah
mengenai sifat dasar dari keindahan. Apakah keindahan menampakan
sesuatu yang ada pada benda indah atau hanya terdapat dalam alarn
pikiran orang yang mengamati benda tersebut. Dari persoalan-persoalan
tersebut lahirlah dua kelompok teori yang terkenal sebagai teori
obyektif dan teori subyektif.
Pendukung teori obyektif adalah Plato, Hegel dan Bernard Bocanquat,
sedang pendukung teori subyektif ialah Henry Home, Earlof Shaffesbury,
dan Edmund Burke. Teori obyektif berpendapat, bahwa keindahan atau
ciri-ciri yang mencipta nilai estetik adalah sifat (kualitas) yang
memang telah melekat pada bentuk indah yang bersangkutan, terlepas dari
orang yang mengamatinya. Pengamatan orang hanyalah mengungkapkan
sifat-sifat indah yang sudah ada pada sesuatu benda dan sama sekali
tidak berpengaruh untuk menghubungkan. Yang menjadi masalah ialah
ciri-ciri khusus manakah yang membuat sesuatu benda menjadi indah atau
dianggap bernilai estetik, salah satu jawaban yang telah diberikan
selama berabad-abad ialah perimbangan antara bagian-bagian dalam benda
indah itu. Pendapat lain menyatakan, bahwa nilai estetik itu tercipta
dengan terpenuhinya asas-asas tertentu mengenai bentuk pada sesuatu
benda.
Teori subyektif, menyatakan bahwa ciri-ciri yang menciptakan
keindahan suatu benda itu tidak ada, yang ada hanya perasaan dalam din
seseorang yang mengamati sesuatu benda. Adanya keindahan semata-mata
tergantung pada pencerapan dari si pengamat itu. Kalaupun dinyatakan
bahwa sesuatu benda mempunyai nilai estetik, maka hal itu diartikan
bahwa seseorang pengamat memperoleh sesuatu pengalaman estetik sebagai
tanggapan terhadap benda indah itu. Yang tergolong teori subyektif
ialah yang memandang keindahan dalam suatu hubungan di antara suatu
benda dengan alam pikiran seseorang yang mengamatinya seperti misalnya
yang berupa menyukai atau menikmati benda itu.
• TEORI PERIMBANGAN
Teori obyektif memandang keindahan sebagai suatu kualitas dari
benda-benda. Kualitas bagaimana yang menyebabkan sesuatu benda disebut
indah telah dijawab oleh bangsa Yunani Kuno dengan teori perimbangan
yang bertahan sejak abab 5 sebelum Masehi sampai abab 17 di Eropa.
Sebagai contoh bangunan arsitektur Yunani Kuno yang berupa banyak tiang
besar.
opini : keindahan, bukanlah sesuatu yang bisa distandarisasikan.
keindahan itu di nilai dengan perasaan dan selera masing-masing
individu. dunia ini indah dengan seluruh isinya. salah satu unsur yang
membuat sesuatu itu indah adalah perbedaan, dimana ketika perbedaan itu
tidak dipecah, tetapi disatukan dengan kebersamaan, maka akan
menimbulkan suatu kekuatan dan keindahan yang tiada tara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar