Dimana ada hitam pasti selalu ada putih, arti dari kata-kata itu
adalah dimana ada kesedihan pasti ada juga kebahagiaan. Hari-hari
manusia tidak hanya selalu diliputi kegembiraan, pasti di sisi lain
terliput juga kesedihan yang mendalam. Kita melihat banyak orang
tertawa lepas tanpa memikirkan hari esok apakah bisa untuk tertawa
seperti itu lagi. Yah, di luar sana kita lihat banyak orang yang
menangis meraung-raung karena bingung dan beratnya menghadapi cobaan
hidup yang dipikulnya. Banyak hal terkait di antara hubungan
antarmanusia salah satunya yaitu dengan penderitaan. Hubungan
antarmanusia juga bisa menimbulkan penderitaan, karena dalam hubungan
itu sering terjadi pergesekan dan perbenturan.
Manusia lazimnya memiliki dua fungsi dalam konteks hubungannya
dengan manusia lain, yakni sebagai individu dan sebagai anggota
masyarakat. Karenanya, hubungan antarmanusia juga bisa disederhanakan
menjadi dua jenis: hubungan seorang manusia dengan seorang manusia lain
(hubungan antarindividu), dan hubungan seorang manusia dengan
masyarakatnya.
Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas
penderitaan manusia bertingkat-tingkat, ada yang berat dan ada juga
yang ringan. Namun, peranan individu juga menentukan berat-tidaknya
Intensitas penderitaan.
Orang harus memburu-buru berlelah di bawah matahari untuk
mendapatkan apa yang diingininya, makan rezeki yang diperoleh dengan
susah payah. Namun itu pun juga tidak melepaskan penderitaan yang
dialaminya. Pertanyaan yang paling tepat bukan untuk mengakhiri
penderitaan, tetapi bagaimana menikmati penderitaan. Penderitaan itu
ada, dan kehidupan ini seperti sebuah siklus mengalami penderitaan dan
kesukaran, jadi bagaimana saya menemukan sukacita di dalam penderitaan
dan kesukaran yang sedang dihadapi?
Akibat penderitaan yang bermacam-macam. Ada yang mendapat hikmah
besar dari suatu penderitaan, ada pula yang menyebabkan kegelapan dalam
hidupnya. Oleh karena itu, penderitaan belum tentu tidak bermanfaat.
Penderitaan juga dapat ‘menular’ dari seseorang kepada orang lain,
apalagi kalau yang ditulari itu masih sanak saudara. Itulah anugrah.
Dan adalah tawaran istimewa bagi kita semua untuk menjalani kehidupan
ini sebagai sebuah perjalanan untuk mengalami anugrah demi anugrah-Nya
di dalam menghadapi setiap kesukaran dan penderitaan yang ada. Di dalam
kuasa anugrah dan kebenaran-Nya, sebenarnya rumah kita yang sejati
bukanlah di dunia ini, tetapi di dalam kekekalan bersama dengan Allah,
dimana tidak ada penderitaan, kesukaran, kesedihan dan air mata, karena
semuanya diganti dengan sorak sorai, sukacita, dan kebahagiaan yang
sejati.
Sebaiknya bila kita sedang dihadapkan dengan musibah, kiranya
penghiburan yang sejati dari Allah mengganti setiap penderitaan dan
kesukaran hidup kita dengan sorak sorai dan sukacita.
:))))))
alhamdulilah yah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar